Penerbit : Best Media
Genre : Roman, Fiksi
Kategori : Young Adult, Family Drama,
Persahabatan, Wattpad
Terbit : Maret 2016 (Cetakan Pertama)
Tebal : 528 halaman
ISBN : 978 – 602 – 6940 – 14 – 8
Harga : Rp. 99.000
Seperti apa hidup kita ke
depan, nggak akan pernah ada yang tahu bentuknya. Seperti hidup Salma yang
berubah drastis saat dia pindah ke SMA Garuda. Teman-temannya tak sealim saat
di sekolah lamanya. Beberapa dari mereka tercipta sebagai tukang rusuh dan
senang berantem, termasuk Nathan, cowok yang menyelamatkan Salma dari hukuman
karena datang telat.
“Di SMA kalau nggak ada murid sejenis
Nathan mah nggak seru, belum berasa putih abu-abunya. Kalau semua anak di sekolah
ini kalem, pasti nggak bakal rame.” – Rahma – hlm. 79
Nathan, dia tak mengira
akhirnya bisa sangat jatuh cinta pada Salma, anak baru yang tampak ingin
menangis saat telat datang ke sekolah. Kalau bagi Nathan, terlambat adalah hal
biasa baginya, ternyata jauh berbeda jika situasi itu dihadapi oleh cewek manis
yang membuatnya berubah jadi cowok yang penuh perasaan.
“Meskipun saya tampangnya berandalan.
Tapi saya amat menghargai perempuan. Perempuan itu kayak kaca, kalau retak ya
bakalan retak seumur hidup dan nggak bakal bisa balik kayak semula. Gimana pun
caranya.” – Nathan –
hlm. 95
Nathan baru tahu, jatuh
cinta pada cewek lugu yang belum pernah pacaran jadi hal yang cukup menguras
tenaganya. Awalnya, dia begitu menikmati pengejaran cintanya. Tapi, apakah
Nathan selamanya akan menikmatinya jika Salma terus menerus bersikap cuek
padanya?
“Dan seandainya pemilik hati kamu
adalah saya, ke mana pun kamu pergi, hati itu pasti akan balik kepemilik sejati
dan Tuhan punya seribu satu cara untuk mendekatkan kita lagi. Tapi kalau bukan
milik saya? Tuhan juga punya banyak cara untuk nemuin kamu dengan yang lain.” – Nathan – hal. 486
Tidak hanya cinta yang
memperumit hidup Nathan. Ada masalah lebih besar yang sejak lama dihadapinya,
masalah keluarga yang sangat berat, hingga Nathan merasa begitu berat
menanggungnya. Kehilangan orang yang sangat disayangi, merasa ditinggalkan oleh
ayahnya, dan masih banyak lagi masalah dalam otak Nathan.
“Nath, dunia ini udah penuh dengan
kesedihan dan air mata. Seandainya lo nggak hanya fokus pada luka lo sendiri,
ada banyak hal indah yang selama ini lo lewatin.” – Seli – hlm. 473
Dear Nathan, kisah masa putih abu-abu yang sweet. Sangat sweet sampai
kamu akan merasa kangen menjadi anak SMA lagi. Jadi remaja memang bagian hidup
yang tak terlupakan. Masa-masa dimana kita mencari jati diri, begitu ingin
bebas lepas, dan baru mengenal tentang cinta.
Meskipun tema yang
diusung memang sering kita jumpai, tapi karakter Nathan-lah yang jadi bagian
paling apik di novel ini. Penulis berhasil menciptakan tokoh yang membuai
pembaca. Bagaimana dia bersikap, tingkahnya, kejahilannya, dan terutama
bagaimana cara Nathan saat bersama Salma – semua sangat menarik.
Nathan ini memang bad
boy, tapi bukan playboy. Rasanya, jadi mulai berpikir, nggak semua bad boy
adalah playboy. Dan, anak-anak nakal seperti Nathan harusnya bukan dimusuhi
atau malah dilabeli ‘nakal’, karena selalu ada alasan yang membuat mereka
tercipta sebagai anak nakal. Banyak yang salah dalam mengatasi anak-anak
seperti ini. Makanya, anak nakal dimarahi bukannya membaik, tapi malah menjadi.
Karakter Salma yang
terasa lugu, manis, pintar, dan punya jiwa yang halus, memang tampak kontras
dengan Nathan. Namun, karena kontras itulah jadi terasa semakin menarik. Aku
suka cara Salma bersikap di depan Nathan. Keluguannya mengatasi cinta yang
pertama kali menyambangi hatinya, membuat Salma jadi semakin manis dan pantas
jadi sasaran kejaran Nathan.
Intinya, kalau masalah
karakter, penulis berhasil membuat karakter-karakter yang kuat. Tidak hanya
pada tokoh utamanya, untuk tokoh pendukung yang jumlahnya bejibun, penulis
mampu memberi mereka ciri khas satu persatu khas anak SMA.
Jalan cerita yang
diciptakan juga terasa masuk akal. Konfliknya mampu dikisahkan dengan apik, dan
penyelesaiannya cukup membuatku puas.
Banyak ilmu yang bisa
diambil dari novel ini. Tentang pengorbanan, tentang kasih sayang,
persahabatan, bahkan tentang arti memaafkan dan mau menerima kenyataan.
Yang jadi kelemahan di
novel ini adalah cara penulis membuat narasi. Beberapa terasa berlebihan. Kadang,
pemilihan diksinya terasa tidak pas. Narasi juga terlalu berputar-putar. Dan,
banyak sekali typo dan penggunakan kata yang tidak baku. Jadi bertanya-tanya,
ini novel ada editornya nggak ya? Kalau baca sih ada, tapi kenapa terasa nggak
diedit ya?
Novel ini memang bermula
dari Wattpad. Aku kenal novel ini juga dari Wattpad. Ada beberapa yang berubah
di edisi cetaknya ini. Seperti beberapa nama teman Salma. Lalu cara bicara
Nathan ke Salma yang menggunakan ‘saya-kamu’. Rasanya, malah nggak pas. Aku yang
mengenal novel ini lewat Wattpad jadi merasa janggal. Dan, cara bicara Nathan
yang menggunakan ‘saya-kamu’ malah terkesan nggak Nathan banget. Oke, penulis
sudah menjelaskan kenapa dia pakai ‘saya-kamu’, tapi tetap rasanya nggak pas. Kalau
‘aku-kamu’ mungkin masih oke.
Sebenarnya, kalau
beberapa hal di atas lebih diperhatikan saat proses editing, pasti novel ini
aku kasih lima bintang di goodreads. Tapi, karena kesalahan yang teramat banyak
hingga cukup mengganggu, 3,2 dari 5 bintang cukup. Yang jelas, aku selalu
meleleh sama Nathan kalau lagi sama Salma.
Satu lagi, menanggapi
beberapa pendapat yang mengatakan novel ini plagiat dari novel Jingga dan Senja
karya Esti Kinasih, aku merasa nggak setuju. Novel ini sangat berbeda dari
Jingga dan Senja. Nathan halus banget kalau sama Salma. Ari udah kayak preman
kalau sama Tari. Nathan deketin Salma memang karena cinta banget. Kalau Ari
karena nama mereka yang hampir mirip. Dan meskipun keduanya sama-sama kembar,
tapi konfliknya jauh berbeda banget.
Jadi, janganlah asal
nge-judge karya seseorang sebagai plagiat. Lihat dalamnya, baca baik-baik, dan
telaah bagian mana yang kamu anggap plagiat? Kalau tema, nggak masalah-lah,
banyak, kok novel yang punya tema sama, tapi tetep aja cara berceritanya sudah berbeda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar